Archive for August, 2011

‘Injury Time’ Ramadhan

Terlepas dari ikhtilaf (perbedaan) di dalam penentuan tanggal 1 Syawal 1432 H ini, hal itu tak terlalu kupermasalahkan. Mau Lebarannya ikut yang 29 atau 30 hari, itu terserah lah. Kupikir, point pentingnya adalah nilai dari Ramadhan itu sendiri. Ibarat anak sekolah yang mau ambil raport, kan gak penting kapan raport itu mau diambil, yang penting kan nilai raportnya.

Secara keseluruhan, aku merasa kualitas ibadah di Ramadhan tahun ini nggak begitu maksimal. Hal ini berkaitan dengan aktivitas kantor yang entah kenapa intensitasnya di bulan ini gak berkurang. Justru di bulan ini tercipta rekor baru. Hampir selama 3 minggu berturut-turut aku gak ngerasain libur walaupun itu weekend.

Terhitung sejak Senin 8 Ramadhan hingga Jumat 26 Ramadhan, diri ini terus tancap gas. Sepertinya body language “kecapean” yang kuisyaratkan tak mampu terdeteksi dengan baik di mata pimpinan. Mungkin sinyalnya kurang tokcer. Beragam kegiatan baik itu yang di dalam kota maupun daerah terus mengisi hari2 di bulan suci ini. Padahal niat awal di bulan ini sama sekali nggak seperti itu. Mudah2an semua itu bernilai ibadah di hadapan Allah. Amiiin.

Well, kini Ramadhan telah berlalu. Pergi meninggalkan kita semua diiringi gema takbir yang bertalu-talu. Takbir yang memuji ke-Maha Besaran Allah SWT. Sejatinya, Ramadhan hadir ke tengah2 kita membawa “misi” sebagai bulan pendidik. Mendidik bagaimana kita mengendalikan hawa nafsu, mendidik kita menjadi orang yang lebih sabar, tawadhu (rendah hati) dan tidak sombong, dan intinya mendidik kita menjadi hamba yang bertakwa.

Seperti yang sudah disinggung di atas tadi, perbedaan di dalam menentukan akhir Ramadhan dan awal Syawal adalah suatu hal yang bukan sekali-dua kali terjadi. Aku yang kehilangan banyak kesempatan di bulan ini berharap hadirnya sedikit “keajaiban” di penghujung Ramadhan ini. Walaupun di beberapa tempat di Indonesia telah nampak hilal, namun di dalam hati kecil ini masih berharap agar aku diberikan kesempatan sehari lagi merasakan damainya bulan ini.

Di hari ke-29 itu, aku meminta dengan penuh harap agar Allah meng-ijabah permohonanku untuk “menangguhkan” gema takbir Hari Raya. Aku berharap keajaiban terjadi untuk sebuah kesempatan menambah amal baik yang bernilai emas di bulan ini. Melalui sidang itsbat yang digelar di Kementerian Agama, Allah memperkenankan permintanku ini. Bulan Ramadhan di Indonesia jatuh genap 30 hari. Entah itu terjadi karena request dariku atau bukan, yang pasti aku merasa sangat beruntung karena di Indonesia ini bulan Ramadhan 1432 H “diperpanjang” sehari.

Beruntung? Ya iyalah. Siapa yang dapat memastikan kalau kita akan menghirup nafas dalam2 di Ramadhan 1433 H tahun depan? Nggak ada bukan? Hal itu hanya dapat terjadi berkat kemurahan Allah SWT. Mungkin bagi kebanyakan orang yang saat ini masih merasakan diberikan nikmat sehat, mereka lupa akan hal itu. Aku masih ingat dengan sangat jelas kejadian di Ramadhan tahun lalu. Ramadhan yang sangat mengharukan untukku. Bila aku mengingat kejadian di kala itu, tak terasa kedua mata ini tak kuasa menahan air mata.

20110831-21.45