Archive for December, 2012

JJJ *Journey Jakarta-Jogja* – Part VI

Lupakan tentang Planetarium untuk sementara waktu, masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan di kota ini #okesip. Kamis siang yang terik, H-1 dimulainya kegiatan pameran, seluruh komponen yang terlibat dalam kegiatan ini berbenah secara serius demi lancarnya acara. Usai sesi pendokumentasian venue, Mas Mufid memberitahuku bahwa aku dan Mas Zaka harus segera menuju kantor rekanan untuk berkoordinasi perihal teleconference. Dengan diantar Pak Yanto, jadilah kami kembali ke kantor yang baru saja kami kunjungi beberapa jam yang lalu itu.

Sempat terjadi serangkaian kendala yang cukup memakan waktu terkait koordinasi diantara kami selaku panitia dengan kantor rekanan selaku penyelenggara teleconference. Tentang sarana prasarana dan infrastuktur yang sedianya kurang memadai, namun tiba-tiba dapat teratasi. Aku dan Mas Zaka berada disana dari siang hingga sore, sampai-sampai kami belum makan siang. Pak Yanto pun sampai ketiduran di mushola menunggu urusan kami. Sekitar jam setengah enam sore, kami meninggalkan kantor rekanan dengan urusan yang belum selesai dan akan dikabari bila diperlukan koordinasi lebih lanjut.

Sepanjang perjalanan, kucoba untuk menikmati suasana senja di kota ini. Salju turun begitu indahnya *lho lho apa ini*. Lalu lintas yang cukup ramai oleh debu kendaraan memaksaku untuk menutup kembali kaca mobil yang sempat kubuka. Kutengok jam tangan, sudah hampir maghrib. Pantas saja perutku semakin berteriak. Berhubung tadi pagi kami sudah check out dari Whi*z Hotel, untuk bermalam nanti dan beberapa hari ke depan kami akan menginap di Hotel In*a Garuda. Sebuah hotel besar yang terletak di simpang Jl. Malioboro.

Ketika pertama kali melihat suasana di sekitar Hotel, perhatianku langsung tertuju pada sebuah rangkaian tulisan sastra Jawa kuno raksasa. Mungkin berbahasa Sansekerta, dan aku tak tahu apa artinya. Yang aku tahu, aku harus berfoto di depan tulisan itu sebelum aku meninggalkan kota ini, haha. Memasuki pelataran Hotel, sesuai pesan yang dikirimkan Rena, hal pertama yang harus aku lakukan adalah mengambil kunci kamar untuk aku dan Mas Zaka, kemudian mengambil menu makan siang (yang tertunda) di kamar Mas Budi.

Setibanya kami di kamar Mas Budi, bergegas kami menyantap menu makan siang yang dimakan menjelang malam berupa bebek goreng. I like it, hmmm. Usai shalat maghrib dan mandi, secepat kilat kami turun kembali ke lobby untuk menuju ke Taman Pintar. Tak lupa kubawa menu nasi bebek goreng untuk Pak Yanto. Berangcus lah kami bertiga menuju Taman Pintar. Di tengah perjalanan, Mas Zaka berpesan ke Pak Yanto untuk sekalian membeli kabel untuk kebutuhan teleconference. Sedangkan aku juga dipesan untuk membeli buku tamu untuk pembukaan pameran esok hari.

Selesai membeli buku tamu dan beberapa spidol tulis kecil di Toko Buku Gram*dia, kami meneruskan perjalanan ke Taman Pintar. Setibanya disana, kudapati suasana sedang kurang bersahabat. Aku tak tahu apa yang telah terjadi sebelumnya. Kemudian kubantu teman-teman untuk merapikan booth yang masih berantakan. TV LCD yang segede gaban mulai kelihatan fungsinya. Sekumpulan video dokumenter yang kami bawa dari Jakarta membuat TV itu nggak sekedar mejeng doang di pojok kiri booth.

Beberapa gambar pimpinan tertinggi kami mulai menempel di dinding booth. Dengan dibantu Mas-mas EO, kami menyusun dan mempercantik booth. Setelah dirasa lumayan okeh, kami beristirahat sejenak. Tak lama kemudian, perutku kembali ber-orkestra. Kuacak-acak kolong meja kecil di beranda booth, berharap menemukan sebongkah makanan yang bisa dikunyah. Tapi hasilnya nihil. Akhirnya aku dan Laila, dua orang yang tersisa di booth, memutuskan untuk sejenak ke mini market di sekitar Taman Pintar untuk membeli makanan.

Beberapa botol air mineral, roti dan snack menjadi objek buruan kami. Lumayan lah buat senggol-senggol perut biar nggak berisik. Selesai beres-beres booth, kami beristirahat sejenak. Laila yang sedang nggak enak badan, izin pamit duluan ke Hotel. Setibanya Mas Zaka, Rena, dan Mas Budi di Taman Pintar dari membeli perlengkapan yang kurang untuk keperluan acara pembukaan besok pagi, mobil yang dikemudikan Pak Yanto terpaksa aku dan Soni ‘bajak’ sebentar untuk makan malam.

Jam setengah dua belas malam, mau nyari makan dimana? Nasi kucing angkringan kurang ‘nampol’ sepertinya. Kutanya Pak Yanto, dimana tempat makan yang masih buka jam segini? Ternyata beliau punya referensi yang cukup ciamik, mie ayam Kad*n nama tempatnya. Lokasinya nggak terlalu jauh dari Taman Pintar. Selesai makan, dan kembali ke Taman Pintar sekitar jam 12 malam. Aku, Soni, dan Mas Zaka menuju Hotel, sedangkan Mas Budi, Asep dan Rena masih berkutat di Taman Pintar. Aku yang nggak biasa begadang, nggak lama kemudian langsung tiarap.

Bekasi, 27-12-2012—20.35