Hoooaaahmm. Pagi yang cerah di Jogja menyapaku lewat sentuhan sinar mentarinya. Rasa kantuk yang menggila masih memberatkan kedua kelopak mataku. Siaran TV masih sama seperti yang terakhir kulihat semalam, rupanya belum sempat dimatikan TV-nya. Kududuk di samping Pak Kusir tempat tidur, dan kucoba mengingat-ingat apa yang terjadi semalam. Kenapa aku bisa ada disini? Apa yang terjadi denganku? Ooh tidak. Oh My God. Ya ampuun *alay gak sih? :D*.
Usai mandi, aku dan mas Zaka segera turun ke lobby dan menuju ke breakfast room. Disusul mas Budi dan Asep di urutan ketiga dan keempat setelah melewati tikungan terakhir -___-. Btw, Asep tokoh berikutnya yang aku munculkan dalam cerbung kacrut ini, salah satu anggota tim yang berjumlah delapan orang. Nasi goreng menjadi pilihanku untuk menikmati sarapan pagi di hotel ini, ditemani dengan roti bakar isi selai nanas, teh manis hangat dan juice jeruk *temennya banyak aja*.
Rena dan Laila, dua orang wanita di sarang penyamun tim delapan, hadir beberapa saat kemudian sambil membawa menu sarapannya masing-masing. Berarti tinggal dua orang lagi yang belum menampakkan batang hidungnya, mas Mufid dan Soni. Hingga sarapanku hampir habis, belum muncul juga kedua orang itu. Tidurnya pulas atau mandinya yang lama? Padahal pagi ini kami harus segera check out. Tak lama kemudian, muncul juga mereka ketika waktu hampir injury time.
Usai sarapan, ternyata kami sudah ditunggu Pak Yanto di lobby hotel. Pak Yanto pun dengan sigap membantu kami membawa barang-barang kami ke dalam mobil. Setelah check out dari Whi*z Hotel, perjalanan kami berikutnya adalah menuju kantor rekanan yang akan menjadi partner kami dalam kegiatan pameran di Taman Pintar. Setibanya di kantor rekanan, kami langsung melakukan meeting singkat untuk persiapan akhir kegiatan.
Meeting singkat yang diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja membawa kami bertolak kembali ke Taman Pintar. Ternyata oh ternyata, kehidupan di Taman Pintar ketika matahari bersinar adalah mayoritas menjadi dunia bermain bagi anak-anak. Meskipun tidak sedikit juga pelajar yang melakukan aktivitas belajar lainnya di area ini. Karena suasana sangat ramai, mobil kami hanya diizinkan parkir sebentar di dalam untuk sekedar mengeluarkan barang-barang bawaan kami di mobil. Setelah itu, Pak Yanto memarkirkan mobil di samping Taman Pintar.
Suasana loading barang yang riuh di dalam ruang serbaguna sedikit membuatku terjaga dari kurungan rasa kantuk yang memenjarakanku. Booth kami yang semalam mati suri, kini mulai berdenyut. Beberapa teman tampak mulai beraktivitas merapikan booth kami. Begitupun halnya yang dilakukan para peserta lainnya. Aku sendiri tak lama berada di dalam ruang serbaguna, untuk kemudian bergegas kembali mendokumentasikan situasi dan kondisi terkini di Taman Pintar *halah*.
Siang hari yang sedikit diwarnai mendung, meskipun tak lama kemudian diguyur panas matahari kembali. Jl. P. Senopati di siang itu tampak padat dengan aktivitas lalu lintas, sehingga membuat kami sedikit kesulitan ketika ingin menyeberang. Tapi untunglah, Bapak-bapak petugas keamanan dari Taman Pintar membantu kami dengan baik. Aku dan mas Zaka memulai aktivitas pendokumentasian dengan mengambil beberapa shoot jalan raya, Taman Pintar tampak depan, spanduk, baliho, dan beberapa atribut lainnya. Rencananya, hasil shoot video kami hari ini dan pembukaan pameran keesokan paginya akan ditayangkan pada live teleconference dengan Jakarta usai shalat Jumat esok.
Jika diperhatikan, meskipun lalu lintas disini cukup tinggi kepadatannya, sebagian besar pengendara kendaraan bermotor masih mematuhi peraturan tertib berlalu lintas dengan cukup baik. Para pejalan kakinya pun juga lumayan tertib, menyeberang jalan di zona yang telah ditentukan. Serapi-rapinya keadaan berlalu-lintas disini, tetap ada oknum pelanggar lalu lintasnya juga memang, namun kurasa intensitasnya cukup kecil ya.
Setelah dirasa cukup untuk sesi pengambilan gambar video suasana Taman Pintar beserta dokumentasi pendukungnya, kami pun kembali ke dalam Taman Pintar. Aku yang berjalan di belakang mas Zaka sengaja berjalan lebih perlahan untuk melihat-lihat suasana area Taman Pintar ketika siang. Patung anak kecil yang kulihat semalam masih berada di tempatnya seperti pertama kali kulihat. Air mancur yang dipenuhi anak-anak kecil, sekolah bermain bagi anak-anak, dan sebuah kubah yang berada di sisi kanan dari pintu masuk Taman Pintar. Tunggu dulu, kubah apa itu?
Sepertinya kubah itu bukan suatu Masjid. Bukan juga ruang perkumpulan atau warung kopi, apalagi rumah Patrick Star temannya Sponge Bob Squarepants. Rasa penasaran menuntunku untuk mendekati kubah ajaib itu. Kalau dilihat-lihat dari stiker yang menempel pada jendela bundar di kubah itu, kok banyak gambar-gambar planet, bulan, bintang, dan beberapa jenis anggota Tata Surya lainnya. Apakah ini NASA? -___-
Berdasarkan penyedilikan, eh penyelidikan aku, tak disangka dan tak dinyana, rupa-rupanya kubah ini adalah sebuah hanggar pesawat UFO *salaah*. Ternyata kubah ini adalah sebuah Planetarium. Sekali lagi Planetarium. Planetarium pemirsa. Bayangkan, Planetarium !!! *euforia berlebihan*. Ya, sedari dulu aku memang ingin sekali ke Planetarium, entah itu yang di Bosscha Bandung atau Planetarium Taman Ismail Marzuki Jakarta. Tapi sampai sekarang belum kesampaian *sedih ya*. Oke, part kali ini ditutup dengan ending yang kurang enak.
Bekasi, 17-11-2012—21.17